Pengertian dan jenis tangga nada
Tangga nada adalah sebuah rangkaian nada yang disusun dengan jarak tertentu. Bila diibaratkan sebuah tangga pada kehidupan nyata maka tangga nada memiliki fungsi yang serupa dengan tangga pada kehidupan sehari-hari. Bila kita perhatikan sebuah tangga memiliki fungsi untuk naik atau turun. Begitu juga nada. Ada saatnya nada itu naik atau makin tinggi, ada saatnya juga ketika nada itu turun atau semakin rendah.
Jarak itu biasa disebut dengan interval nada, yang menjadi jeda antara satu nada dengan lainnya. Interval ini ibarat jarak antar anak tangga pada kehidupan sehari-hari. Ada tangga yang jarak antar anak tangganya dekat, ada pula yang jaraknya jauh. Secara umum tangga nada dibagi jadi tiga jenis, yaitu pentatonis, diatonis dan kromatis. Kamu bisa baca lebih lanjut tentang tiga jenis tangga nada itu di bawah ini.
Penta artinya lima, dipakai untuk istilah jenis tangga nada ini karena disini yang dipakai hanya 5 nada pokok. Jenis ini dibagi menjadi dua yaitu tangga nada dan tangga nada slendro. Jenis ini kebanyakan dipakai untuk genre musik rock n’ roll, beberapa aliran variasi lagu pop dan blues, lagu anak-anak, serta lagu tradisional. Tangga nada ini juga sering kita temui dalam musik tradisional Jawa seperti musik gamelan.
Lebih mudahnya dalam memahami perbedaan Slendro dan Pelog adalah Slendro terdiri dari tangga nada pentatonik menggunakan nada 1 2 3 4 5 6 1 (memberikan kesan gembira dan lincah). Sedangkan pelog terdiri dari tangga nada pentatonik menggunakan nada 1 2 3 4 5 6 7 (memberikan kesan tenang dan luhur). Contoh lagu yang menggunakan tangga nada pentatonis adalah:
Jika pentatonis ada 5 nada, untuk jenis diatonis ada 7 nada dengan 2 macam interval. Tangga nada diatonis ini lebih sering kita dengar atau mainkan di musik kontemporer atau kekinian.
Tangga nada ini sering kita jumpai juga disaat kita belajar sebuah alat musik seperti gitar. Karena dasar bermain gitar seringkali mengunakan tangga nada ini. Tangga nada diatonis ini menggunakan interval 1 atau pakai interval setengah. Dalam jenis ini pun terbagi lagi jadi 2 tangga nada, yaitu mayor dan minor. Di bawah ini penjelasannya:
Untuk jenis minor, dibagi lagi jadi tiga jenis yaitu tangga nada minor asli, harmonis dan melodis. Jenis minor asli cuma punya nada pokok, jadi tak ada tanda kromatis. Sedangkan untuk jenis harmonis, setiap nadanya dinaikkan setengah, tapi ketika naik/turun nadanya tetap sama. Kalau jenis melodis, nada yang dinaikkan hanya yang ke-6 dan ke-7 ketika naik, dan turun setengah juga ketika turun. Tangga nada minor ini bila dimainkan akan menimbulkan nuansa dalam, khidmat, sedih atau “gelap”. Contoh lagu dengan tangga nada minor diantara adalah:
Jenis tangga nada ini kebanyakan dipakai untuk lagu-lagu yang suasananya ceria. Sering kita temui dalam lagu-lagu populer saat ini. Susunan nadanya berjarak 1 – 1- ½ – 1 – 1 – 1 – ½. Beda dengan tangga nada minor yang susunan interval nadanya adalah 1 – ½ – 1 – 1 – ½ – 1 – 1. Terlihat ya perbedaannya?
Perbedaan kedua tangga nada itu akan terdengar jelas saat dibunyikan dengan alat musik. Ketika mendengar tangga nada mayor nuansanya akan terasa benar-benar ceria, sebaliknya jika mendengar tangga nada minor yang manapun jenisnya maka suasana jadi cenderung sedih atau melow. Tapi tangga nada minor juga bisa dipakai untuk lagu yang ceria dengan menaikkan temponya.
Itulah menariknya sebuah komposisi musik. Aturan baku memang ada tetapi dalam menciptakan sebuah lagu, penggunaan nada tidaklah kaku. Bisa menyesuaikan dengan keinginan pencipta lagu atau pencipta komposisi. Contoh Lagu yang bertangga nada Mayor diantaranya adalah:
Inilah jenis tangga nada yang terakhir, terdiri dari 12 nada dengan interval setengah nada antar tiap notnya. Sebenarnya tangga nada ini adalah turunan dari tangga nada diatonik mayor. Dimana pada bagian nada yang nilainya 1 di diatonik mayor, dipecah jadi ½ dan ½ pada tangga nada kromatis. Jenis tangga nada ini lumayan banyak dipakai untuk jenis lagu rohani, jazz, blues, pop dan beberapa rock. Contoh lagu dengan tangga nada Kromatis: Indonesia Pusaka (Ismail Marzuki) dan Bungong Jeumpa (Aceh)
Dari penjelasan di atas kita sudah mempelajari perbedaan jenis tangga nada. Mungkin ada yang masih kesulitan memahami. Tenang saja karena dalam bermusik kita semua berproses. Sedikit tips untuk yang masih kesulitan, baiknya dalam belajar musik kita iringi dengan mempraktekkan teori. Karena dengan mempraktekkan teori semua ilmu atau bahan belajar akan lebih mudah dipahami.
Intinya adalah learning by doing. Mirip seperti saat kita berolahraga, dalam bermusik kita menggunakan muscle memory atau ingatan pada otot dan hearing yang baik. Semua ini bisa dicapai dengan latihan dan praktek secara langsung. Intinya dalam mempelajari musik adalah repetisi sesering mungkin. Sering diulang, sering dipraktekkan maka akan lebih mudah menyerap.
Tidak harus berjam-jam, tetapi cukup dengan cara mengulang sesering mungkin dengan waktu 15-30 menit setiap hari maka proses bermusik kita akan lebih cepat kemajuannya. Dijamin makin sering kita praktek maka akan lebih mudah bagi kita untuk memahami sebuah alat musik.
Guru Bahasa Inggris, Seni Budaya, Dasar Desain Grafis, dan Sistem Komputer. Pembina Paduan Suara, Admin Web dan Media Publikasi SMK Tamtama Karanganyar.